Syekh Magelung Sakti adalah seorang ulama murid Sunan Gunung Jati yang berpenampilan sangat khas yaitu dengan menggelung rambut panjangnya. Konon rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, karena tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Sehingga dia lebih sering mengikat rambutnya gelung, kemudian dikenal sebagai Syekh Magelung Syekh dengan rambut yang tergelung.Berdasarkan Babad Cirebon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam Syria, dengan panggilan Syarif Syam. Saat kanak-kanak Syarif Syam tergolong bocah yang jenius, tak salah jika pada usia 7 tahun, di kalangan guru dan para pendidiknya dia telah menyandang panggilan sebagai sufi cilik. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa di kala itu dia menjadi anak yang diperebutkan di kalangan guru besar di seluruh negara bagian Timur Tengah. Bahkan di usia 11 tahun, dia telah mampu menempatkan posisinya sebagai pengajar termuda di berbagai tempat ternama, misalnya Madinah, Makkah, istana raja Mesir, Masjidil Agso, Palestina, dan berbagai tempat ternama begitu, dia juga banyak dihujat oleh ulama, karena kian hari rambutnya kian memanjang tak terurus. Sehingga dalam pandangan mereka, Syarif Syam, terkesan bukan sebagai seorang pelajar sekaligus pengajar religius yang selalu mengedepankan tatakrama. Pelecehan dan hinaan yang kerap diterimanya, membuat Syarif Syam mengasingkan diri selama beberapa tahun di salah satu goa di daerah Haram, itu dikarenakan rambut Syarif Syam semakin panjang. Namun dia bukannya tak mau mencukur rambutnya yang lambat laun jatuh menjuntai ke tanah, tapi apa daya, walau telah ratusan kali berikhtiar ke belahan dunia lain, tetapi, dia belum pemah mendapatkan seseorang yang mampu memotong rambutnya itu. Konon, sejak dilahirkan ke alam dunia, rambut Syarif Syam memang sudah tidak bisa dipotong oleh sejenis benda tajam apapun. Sehingga pada usia 30 tahun, Syarif Syam diambil oleh Istana Mesir untuk menjadi panglima perang dalam mengalahkan pasukan Romawi dan Tartar. Dari sinilah namanya mulai masyhur di kalangan masyarakat luas sebagai panglima perang sakti di antara para prajurit perang yang ada sebelumnya. Betapa tidak, jika kala itu kepiawaian seorang panglima perang bisa terlihat pada saat mengatur strategi perang serta keandalannya memainkan pedang, tombak serta ketepatan dalam memanah. Berbeda dengan Syarif Syam yang akhimya dikenal dengan sebutan Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, jika dia mengibaskan rambutnya yang panjang dan keras mirip kawat baja ke arah musuh-musuhnya. Akibatnya sudah dapat diduga, para musuh tak ada yang berani mendekat, dan lari pontang-panting karenanya. Sampai di usia 32 tahun, selama 12 tahun kemasyhurannya sebagai sosok panglima perang berambut sakti itu benar-benar tak tertandingi. Hingga pada usia 34 tahun dia mendapat petunjuk, yang mengharuskannya mencari guru sebagai pembimbingnya yang juga dapat memotong tanpa banyak pertimbangan, dia langsung meninggalkan istana raja Mesir yang saat itu benar-benar amat membutuhkan tenaganya. Dengan perbekalan secukupnya dan berteman ratusan kitab, Syarif Syam pun mulai mengarungi belahan dunia dengan menggunakan jukung sejenis perahu kecil bercadik. Dalam perjalanan ini, dia pun mulai singgah dan bahkan mendatangi beberapa ulama terkenal untuk menerimanya sebagai murid, di antaranya Syeikh Dzatul Ulum di Libanon, Syeikh Attijani di Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy di Beirut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muaiwiyyah As- Salam, Malaita, Syeikh Mahmud, Yarussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’alim, Campa, dan masih banyak yang walau begitu banyak para waliyulloh yang didatangi, tak satupun di antara mereka yang sanggup memotong rambutnya. Kemudian Syarif Syam ini terus berkelana pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika dia berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan seorang pertapa sakti Resi Purba Sanghyang Dursasana Prabu Kala Sengkala, diperbatasan Selat Malaka. Dari sang resi inilah Syarif Syam mendapat kabar jika rambutnya dapat dipotong oleh salah seorang wali di tanah Jawa. Mendengar itu, Syarif Syam sangat senang dan seketika minta diri untuk langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke tanah Jawa. Dan setibanya di pesisir Pulau Jawa, Syarif pun singgah di suatu pedesaan sambil tiada hentinya bertafakur memohon kepada Allah SWT agar dirinya dapat dipertemukan dengan wali yang selama ini diimpi-impikannya. Dan tepat pada malam Jum’at Kliwon, di tengah keheningan malam Syarif Syam mendapat petunjuk jika wali yang ditemuinya berada di Cirebon yaitu Sunan Gunung Jati. Hingga akhirnya Syarif Syam tiba di Cirebon. Dan benar saja, ketika di Cirebon inilah Syarif bertemu dengan orang tua yang dengan mudahnya memotong rambut dia. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas. Orang tua itu yang kemudian belakang diketahui bernama Sunan Gunung Jati pun sesuai dengan nazarnya akhirnya menjadi guru dari Syekh Magelung Sakti dan berganti nama menjadi Pangeran Soka. Selepas menjadi murid Sunan Gunung Djati, Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Soka kemudian ditugaskan oleh gurunya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon bagian Utara. Selain nama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka, Syarif Syam juga memiliki gelar Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri dia dapat karena ketika sekitar abad XV saat ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara. Dia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan kurang lebih 19 kilometer sebelah Utara Cirebon. Di desa ini pun Syekh Magelung Sakti kemudian diangkat anak oleh penguasa Karangkendal yang bernama Ki Tarsiman yang mempunyai nama lain Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya yang bernama Nyi Magelung Sakti mempunyai seorang istri yang juga memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Menurut Babad Cirebon sebelum menikahi wanita sakti tersebut, Syekh Magelung Sakti mendengar sayembara bahwa ada bangsawan cantik bernama Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya. Berita mengenai sayembara tersebut didapatnya saat Syekh Magelung Sakti ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati untuk berkeliling ke arah barat tersebut menyebutkan barang siapa yang mampu mengalahkan Nyi Mas Gandasari maka dia akan bersedia menjadi istri dari orang yang berhasil mengalahkannya dalam adu kesaktian tersebut. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil, hingga akhirnya Syekh Magelung Sakti terjun ke arena sayembara. Pada dasarnya kemampuan dan kesaktian dari keduanya berimbang, hanya saja karena faktor kelelahan akhirnya Nyi Mas Gandasari pun menyerah dan berlindung dibalik punggung Sunan Gunung meski Nyi Mas Gandasari sudah berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti masih tetap saja menyecarnya dengan serangan-serangan mematikan hingga dalam satu kesempatan tinju sang Syekh hampir saja mengenai kepala dari Sunan Gunung Jati. Tetapi, anehnya sebelum tinju itu mendarat di kepala Sunan Gunung Jati, dengan serta merta Syekh Magelung Sakti jatuh lemas. Sunan Gunung jati pun akhirnya memutuskan bahwa dalam pertempuran tersebut tidak ada yang kalah ataupun menang. Meskipun begitu, Sunan Gunung Jati tetap menikahkan keduanya dan mereka pun akhirnya resmi menjadi suami istri. Setelah keduanya dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti menyebarkan Islam di tanah Jawa sampai akhir hayatnya dimakamkan di Kampung Karang, Desa Karang Kendal, Cirebon. Sumber - dan diolah dari berbagai sumbersmsKisahKewalian Syekh Magelung Sakti Arifin Syam adalah putra dari kepala bagian pembesar istana dibawah kekuasaan Raja Hut Mesir, beliau sejak bayi telah ditinggalkan oleh ayah bundanya kehadirat Allah SWT, dan akhirnya dibesarkan oleh seorang muslim yang taat, disalah satu kota terpencil bagian negara Syam.
Introduction In Hinduism Kavya Purana Ayurveda General definition In Buddhism Mahayana India history Languages Pali Marathi Sanskrit Hindi Kannada See also IntroductionMashaka means something in Buddhism, Pali, Hinduism, Sanskrit, the history of ancient India, Marathi, Hindi. If you want to know the exact meaning, history, etymology or English translation of this term then check out the descriptions on this page. Add your comment or reference to a book if you want to contribute to this summary article. The Sanskrit terms Maśaka and Māṣaka can be transliterated into English as Masaka or Mashaka, using the IAST transliteration scheme ?.Alternative spellings of this word include poetry Source Wisdom Library KathāsaritsāgaraMaśaka मशक refers to “flies and mosquitoes”, according to the seventeenth story of the Vetālapañcaviṃśati in the Kathāsaritsāgara, chapter 91. Accordingly, as the Vetāla said to king Trivikramasena—“... servants are bound to preserve their masters even by the sacrifice of their lives. But kings are inflated with arrogance, uncontrollable as elephants, and when bent on enjoyment they snap as under the chain of the moral law. [...] And the breeze of the waving chowries fans away the atoms of the sense of scripture taught them by old men, as it fans away flies and mosquitoes [viz., maśaka]. [...]”. The Kathāsaritsāgara ocean of streams of story’, mentioning maśaka, is a famous Sanskrit epic story revolving around prince Naravāhanadatta and his quest to become the emperor of the vidyādharas celestial beings. The work is said to have been an adaptation of Guṇāḍhya’s Bṛhatkathā consisting of 100,000 verses, which in turn is part of a larger work containing 700,000 verses. Source OpenEdition books Vividhatīrthakalpaḥ KāvyaMāṣaka माषक in Sanskrit or Māṣaka in Prakrit is the name of a coin, as is mentioned in the Vividhatīrthakalpa by Jinaprabhasūri 13th century an ancient text devoted to various Jaina holy places tīrthas.—Sircar 1966 p. 200. context informationKavya काव्य, kavya refers to Sanskrit poetry, a popular ancient Indian tradition of literature. There have been many Sanskrit poets over the ages, hailing from ancient India and beyond. This topic includes mahakavya, or epic poetry’ and natya, or dramatic poetry’. Purana and Itihasa epic history Source Shiva Purana - English TranslationMāṣaka माषक refers to “black gram” which is used in the worship of Śiva, according to the Śivapurāṇa then the Ācamana shall be offered and cloth dedicated. Gingelly seeds, barley grains, wheat, green gram or black gram māṣaka shall then be offered to Śiva with various mantras. Then flowers shall be offered to the five-faced noble soul. Lotuses, rose, Śaṅkha, and Kuśa flowers, Dhattūras, Mandāras grown in a wooden vessel, holy basil leaves or Bilva leaves shall be offered to each of the faces in accordance with the previous meditation or according to one’s wish. By all means Śiva favourably disposed to His devotees shall be worshipped with great devotion. If other flowers are not available, Bilva leaves shall be used exclusively in the worship of Śiva”. Source Puranic EncyclopediaMaśaka मशक.—A place in the ancient island of Śāka. Mahābhārata, Bhīṣma Parva, Chapter 11 says that in ancient times, Kings used to live there for the fulfilment of their Cologne Digital Sanskrit Dictionaries The Purana IndexMāṣaka माषक.—Weight in gold; fine for failure to feed Brahmanas when there is occasion for it and for mentioning one man to a prostitute and taking her to another; in silver for causing injury to animals and insects and for other offences.** Matsya-purāṇa 227. 7, 89, 108, Srimad Valmiki RamayanaMaśaka मशक refers to “flies” viz., in the forest, according to the Rāmāyaṇa chapter Accordingly—“[...] soothening with kind words to Sītā, when eyes were blemished with tears, the virtuous Rāma spoke again as follows, for the purpose of waking her turn back [...] Oh, frail princess! Flying insects, scorpions insects including mosquitoes and flies maśaka always annoy every one. Hence, forest is full of hardship’”. context informationThe Purana पुराण, purāṇas refers to Sanskrit literature preserving ancient India’s vast cultural history, including historical legends, religious ceremonies, various arts and sciences. The eighteen mahapuranas total over 400,000 shlokas metrical couplets and date to at least several centuries BCE. Ayurveda science of life Source Ayurveda glossary of termsMaśakā मशका—[maśakāḥ] informationĀyurveda आयुर्वेद, ayurveda is a branch of Indian science dealing with medicine, herbalism, taxology, anatomy, surgery, alchemy and related topics. Traditional practice of Āyurveda in ancient India dates back to at least the first millenium BC. Literature is commonly written in Sanskrit using various poetic metres. General definition in Hinduism Source Vedic index of Names and Subjects Maśaka मशक denotes a biting fly’ or mosquito’, being described in the Atharvaveda1 as quickly ? biting’ tṛpra-daṃśin, and as having a poisonous sting. The elephant is mentioned as particularly subject to its stings. The insect is often referred to elsewhere. Cf. Daṃśa. Mahayana major branch of Buddhism Source De Gruyter A Buddhist Ritual Manual on AgricultureMaśaka मशक refers to “mosquitos” causing crop destruction, according to the Vajratuṇḍasamayakalparāja, an ancient Buddhist ritual manual on agriculture from the 5th-century or earlier, containing various instructions for the Sangha to provide agriculture-related services to laypeople including rain-making, weather control and crop protection.—Accordingly, [As the Bhagavān teaches an offering manual] “[...] All crops, all flowers and fruits will be well protected. [...] All pests will be destroyed. Snakes, mice, mongooses, porcupines, goats, frogs, stinging insects daṃśa, mosquitos maśaka, locusts and so on, flocks of birds will perish. All worms will be destroyed. Furthermore, flying insects and so on do not occur. They are never able to destroy. [...]”. context informationMahayana महायान, mahāyāna is a major branch of Buddhism focusing on the path of a Bodhisattva spiritual aspirants/ enlightened beings. Extant literature is vast and primarely composed in the Sanskrit language. There are many sūtras of which some of the earliest are the various Prajñāpāramitā sūtras. Source Cologne Digital Sanskrit Dictionaries Indian Epigraphical GlossaryMāṣaka.—IE 8-8, name of a coin; cf. māṣa and dināri- māṣaka; mentioned as a silver coin K. V. Rangaswami Aiyangar, Kṛtyakalpataru, Vyavahāra-kāṇḍa, p. 125. Note māṣaka is defined in the “Indian epigraphical glossary” as it can be found on ancient inscriptions commonly written in Sanskrit, Prakrit or Dravidian OR - Māṣaka.—same as māṣa; according to the Kṛtyakalpataru, a silver coin as opposed to the gold māṣa Note māṣaka is defined in the “Indian epigraphical glossary” as it can be found on ancient inscriptions commonly written in Sanskrit, Prakrit or Dravidian informationThe history of India traces the identification of countries, villages, towns and other regions of India, as well as mythology, zoology, royal dynasties, rulers, tribes, local festivities and traditions and regional languages. Ancient India enjoyed religious freedom and encourages the path of Dharma, a concept common to Buddhism, Hinduism, and Jainism. Pali-English dictionary Source BuddhaSasana Concise Pali-English Dictionarymāsaka m. a small coin, the value of which is about an anna.Source Sutta The Pali Text Society's Pali-English DictionaryMāsaka, fr. māsa2+ka=māsa3 lit. a small bean, used as a standard of weight & value; hence a small coin of very low value. Of copper, wood & lac DhsA. 318; cp. KhA 37; jatu°, dāru°, loha°; the suvaṇṇa° golden m. at J. IV, 107 reminds of the “gold” in fairy tales. That its worth is next to nothing is seen from the descending progression of coins at DhA. III, 108=VvA. 77, which, beginning with kahāpaṇa, aḍḍha-pāda, places māsaka & kāhaṇikā next to mudhā “gratis. ” It only “counts” when it amounts to 5 māsakas.—Vin. III, 47, 67; IV, 226 pañca°; J. I, 112 aḍḍha-māsakaṃ na agghati is worth nothing; IV, 107; V, 135 first a rain of flowers, then of māsakas, then kahāpaṇas; DhA. II, 29 pañca-m. -mattaṃ a sum of 5 m.; PvA. 282 m+aḍḍha° half-pennies & farthings, as children’s pocket-money. Page 531context informationPali is the language of the Tipiṭaka, which is the sacred canon of Theravāda Buddhism and contains much of the Buddha’s speech. Closeley related to Sanskrit, both languages are used interchangeably between religions. Marathi-English dictionary Source DDSA The Molesworth Marathi and English Dictionarymaśaka मशक.—m S A gnat or mosquito. Ex. kiṃ rājahaṃsā- puḍhēṃ maśaka kiṃ nāmā ; also tyā maśakācā pāḍa kōṇa kāya uśīra āṇāvayā .- OR - masaka मसक.—f maśaka S through P A leathern water-bag carried under the OR - masakā मसका.—m H Butter. An amalgam in DDSA The Aryabhusan school dictionary, Marathi-Englishmaśaka मशक.—m A gnat or OR - masaka मसक.—f A leathern water-bag carried under the OR - masakā मसका.—m An amalgam in informationMarathi is an Indo-European language having over 70 million native speakers people in predominantly Maharashtra India. Marathi, like many other Indo-Aryan languages, evolved from early forms of Prakrit, which itself is a subset of Sanskrit, one of the most ancient languages of the world. Sanskrit dictionary Source DDSA The practical Sanskrit-English dictionaryMaśaka मशक.—[maś-vun]1 A mosquito, gnat; सर्वं खलस्य चरितं मशकः करोति sarvaṃ khalasya caritaṃ maśakaḥ karoti Manusmṛti A particular disease of the A leather Name of a district in Śākadvīpa inhabited by Gadfly, any fly that stings daṃśamaśaka; Mahābhārata Bombay A female mosquito; मद्गेहे मशकीव मूषकवधूः madgehe maśakīva mūṣakavadhūḥ ...... forms maśakaḥ मशकः.- OR - Māṣaka माषक.—1 A A kind of weight of gold; द्वे कृष्णले समधृते विज्ञेयो रौप्यमाषकः dve kṛṣṇale samadhṛte vijñeyo raupyamāṣakaḥ Manusmṛti forms māṣakaḥ माषकः.- OR - Māsaka मासक.—A forms māsakaḥ मासकः.Source Cologne Digital Sanskrit Dictionaries Shabda-Sagara Sanskrit-English DictionaryMaśaka मशक.—m. -kaḥ 1. A gnat, a musquito. 2. A kind of cutaneous eruption the formation of small pustules or warts. 3. A leather water-bag. E. maś to be angry and vun OR - Masaka मसक.—m. -kaḥ A gnat. E. maṣ to hurt, vun OR - Māṣaka माषक.—m. -kaḥ 1. A weight of silver of two Rattis or about 41/2 grains. 2. The same in gold. 3. A Masha see the last. E. kan added to the Cologne Digital Sanskrit Dictionaries Benfey Sanskrit-English DictionaryMaśaka मशक.— akin to makṣikā, q. cf., m. 1. A gnat, a musquito, [Hitopadeśa] i. [distich] 80, M. M.; [Pañcatantra] iii. [distich] 98. 2. A kind of cutaneous eruption. 3. A leather OR - Māṣaka माषक.—[māṣa + ka], m. A weight of gold and of silver, [Mānavadharmaśāstra] 8, Cologne Digital Sanskrit Dictionaries Cappeller Sanskrit-English DictionaryMaśaka मशक.—[masculine] biting insect, gnat, Cologne Digital Sanskrit Dictionaries Aufrecht Catalogus Catalogorum1 Maśaka मशक as mentioned in Aufrecht’s Catalogus Catalogorum—Kalpasūtra or Ārṣeyakalpa Sv. W. p. 71. L. 113. 654. Oudh. Iii, 4. Burnell. 22^b. Sb. 30. —[commentary] by Varadarāja. Io. 698. Oxf. 386^b. L. 664. Khn. 10. Ben. 17. Oudh. Iii, 6. Burnell. 22^b. Oppert. Ii, Maśaka मशक—Kalpasūtra. Cs. 202. 203. Stein 18 —[commentary] by Varadarāja. Cs. 204. Cologne Digital Sanskrit Dictionaries Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary1 Maśaka मशक—[from maś] m. a mosquito, gnat, any fly that bites or stings, [Atharva-veda] etc. [ ...] a [particular] skin disease causing dark bean-like pustules or eruptions, [Varāha-mihira’s Bṛhat-saṃhitā; Suśruta] 3 [ ...] a leather water-bag, [Kātyāyana-śrauta-sūtra] 4 [ ...] Name of a preceptor with the [patronymic] Gārgya the composer of a Kalpa-sūtra, [Lāṭyāyana] [Indian Wisdom, by Sir M. Monier-Williams 176] 5 [ ...] Name of the district in Śāka-dvīpa inhabited by Kṣatriyas, [Mahābhārata] 6 Maśāka मशाक—[from maś] m. a bird, [cf. Lexicographers, esp. such as amarasiṃha, halāyudha, hemacandra, etc.] 7 Masaka मसक—incorrectly for maśaka. 8 Māṣaka माषक—[from māṣa] m. a bean, [Suśruta] 9 [ ...] mn. a [particular] weight of gold etc. = 7 or 8 Guñjās [accusative] to some about 4 1/2 grains, [Manu-smṛti; Varāha-mihira’s Bṛhat-saṃhitā; Suśruta] cf. pañca-m. 10 Māsaka मासक—[from mās] m. a month, [Sūryasiddhānta; Śatruṃjaya-māhātmya]Source Cologne Digital Sanskrit Dictionaries Yates Sanskrit-English Dictionary1 Maśaka मशक—kaḥ 1. m. A gnat, a musquito; an eruption on the skin; a leather Masaka मसक—kaḥ 1. m. A gnat. 3 Māṣaka माषक—kaḥ 1. m. A weight of 41/2 grains either in silver or gold.[Sanskrit to German]Mashaka in Germancontext informationSanskrit, also spelled संस्कृतम् saṃskṛtam, is an ancient language of India commonly seen as the grandmother of the Indo-European language family even English!. Closely allied with Prakrit and Pali, Sanskrit is more exhaustive in both grammar and terms and has the most extensive collection of literature in the world, greatly surpassing its sister-languages Greek and Latin. Hindi dictionary Source DDSA A practical Hindi-English dictionary1 Maśaka मशक [Also spelled mashak]—nm a mosquito; nf a large leathern water-bag used for sprinkling water on the roads etc..2 Masaka मसक [Also spelled masak]—nm a mosquito. 3 Masakā मसका [Also spelled maska]—nm butter; —[lagānā] to butter up, to flatter; [masakebāja] a flatterer, sycophant; [masakebājī] flattery, information... Kannada-English dictionary Source Alar Kannada-English corpusMaśaka ಮಶಕ—[noun] any of numerous dipterous insects of the family Culicidae, the females of which suck the blood of animals and humans, some species transmitting certain diseases, as malaria and yellow fever; a OR - Masaka ಮಸಕ—1 [noun] the property of a moreadequate quantity or supply; abundance; [noun] force or speed; great energy or vehemence of [noun] a deep prolonged loud noise; [noun] extreme degree of anything; the quality of being [noun] a lively interest or strong eagerness; enthusiasm; [noun] mentalof extreme [noun] intense anger; ire; [noun] the quality of being magnificent or splendid; [noun] any substance that causes injury or illness or death of a living organism in a slow manner; a OR - Masaka ಮಸಕ—1 [noun] = ಮಶಕ [mashaka].2 [noun] any of various plant diseases, esp. of cereal grasses, characterised by the appearance of masses of black spores which usu. break up into a fine powder; smut OR - Māṣaka ಮಾಷಕ—[noun] = ಮಾಷ [masha].context informationKannada is a Dravidian language as opposed to the Indo-European language family mainly spoken in the southwestern region of India. Starts with Mashaka gargya, Mashakadarshana, Mashakahari, Mashakajambhana, Mashakakalpa, Mashakakalpasutra, Mashakakuti, Mashakalai, Mashakari, Mashakartha, Mashakavarana, with Adyamashaka, Bhumashaka, Damshamashaka, Dinari-mashaka, Drishadimashaka, Ekamashaka, Kalmashaka, Luhombia mashaka, Nadimashaka, Nirmashaka, Pancamashaka, Raupyamashaka, Ruhombya mashaka, Sukshmashaka, Sumashaka, Suvarnamashaka, Udumbaramashaka, +142 Adyamashaka, Kanakapala, Raupyamashaka, Hemadhanyaka, Mashakavati, Dhamaka, Ravimasaka, Mashakin, Mashakahari, Mashakakuti, Shatasamvatsara, Mashakavarana, Sarvasvara, Mashahari, Taura, Nirmashaka, Sahasrasavya, Damshamashaka, Shataratra, Makasa. Search found 30 books and stories containing Mashaka, Maśaka, Māsaka, Masaka, Māṣaka, Masakā, Maśāka, Maśakā; plurals include Mashakas, Maśakas, Māsakas, Masakas, Māṣakas, Masakās, Maśākas, Maśakās. You can also click to the full overview containing English textual excerpts. Below are direct links for the most relevant articlesClick here for all 30 books Item last updated 06 November, 2022Selainnama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka beliau pun memiliki begitu banyak nama alias yang diantaranya adalah Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri ia dapat karena ketika sekitar abad XV saat beliau ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara, ia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan (± 19 km Kisah Singkat Syekh Magelung Sakti Syekh Magelung Sakti adalah seorang ulama yang berpenampilan sangat khas yaitu kerap menggelung rambut panjangnya kemana-mana. Perihal rambut panjangnya ini konon tak pernah dipotong karena memang tak ada satu pisau cukur pun yang mampu memotong rambutnya yang panjang itu. Maka dari itulah kemudian ia berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari orang sakti yang mampu memotong rambutnya. Beliau bernazar barang siapa yang mampu memotong rambut panjangnya itu maka Sang Syekh akan rela dan senang hati menyerahkan diri menjadi murid orang tersebut. Nama asli dari Syekh Magelung Sakti ini sendiri konon adalah Syarif Syam yang berasal dari negeri Syam yang sekarang dikenal sebagai Syiria. Tapi ada juga versi lain yang mengatakan bahwa sebenarnya Syekh Magelung Sakti merupakan seorang ulama kelahiran negeri waktu itu, Syarif Syam atau Magelung Sakti datang ke Cirebon untuk mencari seorang guru yang pernah ditunjukkan di dalam mimpinya. Dalam mimpinya tersebut bahwa satu-satunya orang yang sanggup memotong rambutnya adalah seorang wali yang bermukim di Cirebon. Dan benar saja, ketika di Cirebon inilah beliau bertemu dengan orang tua yang dengan mudahnya memotong rambut beliau. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas. Orang tua itu yang kemudian belakang diketahui bernama Sunan Gunung Jati pun sesuai dengan nazarnya akhirnya menjadi guru dari Syekh Magelung Sakti dan berganti nama menjadi Pangeran Soka. Selepas menjadi murid Sunan Gunung Djati, Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Soka kemudian ditugaskan oleh gurunya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon bagian nama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka beliau pun memiliki begitu banyak nama alias yang diantaranya adalah Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri ia dapat karena ketika sekitar abad XV saat beliau ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara, ia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan ± 19 km sebelah Utara Cirebon. Di desa ini pun Syekh Magelung Sakti kemudian diangkat anak oleh penguasa atau gegeden Karangkendal yang bernama Ki Tarsiman yang mempunyai nama lain Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya yang bernama Nyi Magelung Sakti sendiri merupakan suami dari seorang istri yang tak kalah memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Perihal menikahnya Syekh Magelung Sakti dengan Nyi Mas Gandasari menurut cerita dan babad Cirebon adalah berawal dari ditugaskannya sang syekh oleh Sunan Gunung Jati untuk berkeliling ke arah barat Cirebon selepas ia selesai mempelajari ilmu tassawuf dari gurunya tersebut. Nah, ketika berkeliling ke wilayah Barat Cirebon inilah Syekh Magelung Sakti mendengar berita tentang sayembara Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan Mas Gandasari konon adalah anak angkat dari Ki Ageng Selapandan yang juga adalah Ki Kuwu Cirebon yang waktu itu dikenal juga dengan sebutan Pangeran Cakrabuana masih keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Hindu Pajajaran, yang atas desakan dari ayah angkatnya ini Nyi Mas Gandasari harus segera menikah. Dan karena beliau merupakan seorang perempuan cantik yang pilih tanding, maka dalam mencari pasangan hidup itu ia mengadakan sayembara, barang siapa yang mampu mengalahkannya maka dia akan bersedia menjadi istri dari orang yang berhasil mengalahkannya dalam adu kesaktian karenanya kemudian ia pun mengadakan sayembara untuk maksud tersebut, sejumlah pangeran, pendekar, maupun rakyat biasa dipersilakan berupaya menjajal kemampuan kesaktian sang putri. Siapapun yang sanggup mengalahkannya dalam ilmu bela diri maka itulah jodohnya. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil, hingga akhirnya Syekh Magelung Sakti terjun ke arena sayembara. Pada dasarnya kemampuan dan kesaktian dari keduanya berimbang, hanya saja karena faktor kelelahan akhirnya Nyi Mas Gandasari pun menyerah dan berlindung dibalik punggung Sunan Gunung meski Nyi Mas Gandasari sudah berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti masih tetap saja menyecarnya dengan serangan-serangan mematikan hingga dalam satu kesempatan tinju sang Syekh hampir saja mengenai kepala dari Sunan Gunung Jati. Tetapi, anehnya sebelum tinju itu mendarat di kepala Sunan Gunung Jati, dengan serta merta Syekh Magelung Sakti jatuh lemas. Sunan Gunung jati pun akhirnya memutuskan bahwa dalam pertempuran tersebut tidak ada yang kalah ataupun menang. Meskipun begitu, Sunan Gunung Jati tetap menikahkan keduanya dan mereka pun akhirnya resmi menjadi suami istri. Sold Out! Mustika Mata Jin Putih Aman Dimiliki Mustika Mata Jin Putih Aman Dimiliki Mustika Mata Jin Putih Aman Dimiliki salah satu mustika koleksi sesepuh pusaka dunia yang memiliki pamor istimewa berbentuk mata jin yang sangat langka. Khasiat Mustika Mata Jin Putih Aman Dimiliki Insya Allah kekuatan spiritualnya tingkat tinggi menguatkan Indra ke -6 dan membangkitkan ketajaman mata batin, penangkal ilmu sihir dan… selengkapnya Rp / P2547 Mustika Banaspati Asli Khodam Api Mustika Banaspati Asli Khodam Api Mustika Banaspati Asli Khodam Api adalah salah satu batu mustika bertuah dengan motif merah api yang unik bagaikan banaspati, selain itu mustika tersebut juga mengandung energi alam yang sangat berpengaruh positif bagi pemiliknya. Pamor dan warna mustika ini terbentuk melalui proses alam secara alami dan bukan hasil isian maupun gambaran… selengkapnya Rp Tersedia / A1455 Mustika Pengusir Jin Dan Hantu Pengganggu Mustika Pengusir Jin Dan Hantu Pengganggu Mustika Pengusir Jin Dan Hantu Pengganggu merupakan mustika bertuah yang memiliki energi spiritual khusus pengusir jin dan hantu pengganggu. Mustika tersebut perpaduan wrna dan corak pamornya juga indah. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Pengusir Jin Dan Hantu Pengganggu Insya Allah untuk mengusir sihir, mengusir hantu dalam rumah yang mengganggu, keselamatan,… selengkapnya Rp Tersedia / P4164 Pendulum Jam Scorpio Bertuah Pendulum Jam Scorpio Bertuah Pendulum Jam Scorpio Bertuah adalah sebuah jam dengan desain khusus seperti arlogi jaman kuno atau masa lampau. Jam pendulum ini memiliki bentuk motif scorpio yang unik dengan pengerjaan yang halus dan elegan sekali. Jam pendulum ini dapat juga digunakan untuk kalung ataupun jam saku saat memakai beskap jawa. Selain berfungsi sebagai… selengkapnya Rp Tersedia / A2579 Mustika Bertuah Dua Khodam Hitam Mustika Bertuah Dua Khodam Hitam adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Bertuah Dua Khodam Hitam Insya Allah untuk Pemilik akan dekat dengan keberkahan dan terhindar dari keburukan, mudah mendapat wahyu / nasib baik tanpa diduga, sebagai pemikat dan pengasih tingkat tinggi, memudahkan mendapat banyak pasangan atau poligami, mudah dalam memimpin dan mudah menaklukan… selengkapnya Rp Tersedia / 9419 Mustika Pengasihan Ndoro Bening Pusaka Dunia Mustika Pengasihan Ndoro Bening Pusaka Dunia Mustika Pengasihan Ndoro Bening Pusaka Dunia mampu menjadi sarana untuk membantu pemiliknya mewujudkan keinginanya. Mustika kami yang sudah masuk kedalam website resmi pusaka dunia terjamin keaslianya dan khasiatnya karena sudah melalui uji tes khasiat terlebih dahulu sebelum terpampang di website pusaka dunia. Mustika kami memiliki energi yang alami karena… selengkapnya Rp Tersedia / B4171 Mustika Harda Walepa Mustika Harda Walepa adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Harda Walepa Insya Allah untuk Kekebalan / Kebal dari ancaman santet, guna guna dan ilmu sihir, Keselamatan agar terhindar / diberi keselamatan dari kecelakaan, musibah, bencana, ancaman musuh, serangan fisik dan ghaib, tolak Bala dari gangguan jin kafir, makhluk halus, gangguan gaib, dan mengembalikan serangan… selengkapnya Rp Tersedia / 6193 Mustika Sasastra Pralaya Mustika Sasastra Pralaya adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Sasastra Pralaya Insya Allah untuk menghancurkan musuh, membuat musuh takluk dan takut, pusaka andalan saat menghadapi musuh, pusaka menghadapi lawan, tolak bala dari serangan sihir, menghancurkan musuh yang berniat buruk. Produk Jenis ini bernama Batu Akik Pamor Bercak Darah. Produk jenis ini ditemukan Tahun… selengkapnya Rp Tersedia / 6980 Sold Out! Bukan Mustika Merah Delima Biasa Bukan Mustika Merah Delima Biasa Bukan Mustika Merah Delima Biasa adalah batu mustika bertuah ampuh yang banyak sekali digemari dan diburu oleh para pecinta batu mustika bertuah alami. Pada umumnya mustika merah delima jenis batunya adalah ruby akan tetapi mustika ini jenisnya sapphire, bisa juga disebut sapphire merah atau red sapphire, sungguh langka dan jarang… selengkapnya Rp / P4590 Mustika Bambu Pantai Selatan Keramat Mustika Bambu Pantai Selatan Keramat Mustika Bambu Pantai Selatan Keramat merupakan mustika bertuah yang memiliki bentuk unik bagaikan bambu. Batu mustika bertuah yang satu ini memang didapatkan dari pantai selatan dan mustika tersebut jarang sekali ada, mungkin juga hanya ada di Pusaka Dunia. Mustika ini sangat cocok untuk koleksi maupun pusaka ageman. Keterangan Mustika. Produk… selengkapnya Rp Tersedia / A7721 Hamengku Buwono 17 September 2014Hamengku Buwono. a. Pangeran Mangkubumi Pendiri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sejarah berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat tak bisa dilepaskan dari sosok Pangeran Mangkubumi. Terlahir dengan nama Raden Mas Sujono, Pangeran Mangkubumi adalah adik dari Susuhunan Paku Buwono II, Sunan Mataram. Nama Pangeran Mangkubumi mulai diperhitungkan di kalangan bangsawan Mataram sehubungan dengan keberhasilannya menumpas perlawanan Raden Mas Said… selengkapnya 362 Macam Pusaka Segala Jenis 17 Oktober 2016362 Macam Pusaka Segala Jenis Pusaka Madinah Pusaka Semar Mesem Pusaka Majapahit Pusaka Prabu Siliwangi Pusaka Soekarno Pusaka Kujang Pusaka Syeh Jangkung Pusaka Dunia Pusaka Eyang Suro Pusaka Soeharto Pusaka Ampuh Pusaka Angling Darma Pusaka Ambon Pusaka Arjuna Pusaka Antik Pusaka Alam Pusaka Ambalan Pusaka Aceh Pusaka Adalah Pusaka Arung Palakka Borang A Pusaka Kecil… selengkapnya Pusat Minyak Apel Jin Daun 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21 18 Januari 2018Pusat Minyak Apel Jin Daun 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21 Minyak Apel Jin Daun adalah sebuah ramuan yang diramu dengan bentuk apel dengan warna keemasan. Apel jin ini merupakan apel yang berfungsi sebagai suatu benda yang menjembatani antara manusia dan para makhluk halus. Apel jin dapat digunakan untuk memanggil khodam,… selengkapnya Meraga Sukma 1 9 Desember 2016Meraga Sukma 1 Lelaku meraga sukma sebagai berikut Memiliki pagaran badan dan dapat konsentrasi dengan mudah. Berpuasa mutih 7 hari. Dalam masa puasa, tiap selesai shalat fardhu. baca mantra ini 21 kali “ wasallam. Allahumma kulhuaallah. Zat gumilang tanpa sangkan, liyep cut- prucut sukmaningsun metu saka raga gampang sarining gampang sak niatku,slamet saka… selengkapnya Artikel Terungkap Rahasia Menakutkan Bangsa Viking 16 Desember 2016Berita Artikel Terungkap Rahasia Menakutkan Bangsa Viking Status symbols Remains found in a mass grave in Weymouth, Dorset have revealed that Viking warriors filed stripes’ into their teeth to show their fighting ability Bangsa petarung berkapak yang senang memperkosa dan menyiksa ini memiliki rahasia yang bisa membuatnya tampak ganas dan menyeramkan di mata musuh. Apa… selengkapnya Cara Cepat Memiliki Khodam Macan Kumbang 12 September 2018Cara Cepat Memiliki Khodam Macan Kumbang Cara Cepat Memiliki Khodam Macan Kumbang – Pengisian Khodam Macan Kumbang merupakan sebuah layanan Sesepuh Pusaka Dunia yang bertujuan untuk memberikan Pengisian Khodam yang tidak memiliki resiko apapun atau berefek negatif apapun. Khodam macan kumbang yang diisikan sangatlah tunduk dan patuh kepada tuanya dan akan selalu melindungi tuanya dari berbagai… selengkapnya Hak Isteri Atas Suami 24 November 2016Tentang Hak Isteri Atas Suami. Allah berfirman Dan bergaullah dengan mereka Istri-istrimu secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. QS. 419 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda Ya Allah sungguh saya menimpakan kesusahan dosa … selengkapnya Alamat Dukun Palembang 8 Oktober 2000Alamat Dukun Palembang Alamat Dukun Palembang sering dicari oleh masyarakat karena datang ketempat praktek adalah kebiasaan orang-orang jika ingin bertransaksi. Banyak sekali orang-orang yang tertipu karena mengambil jasa Dukun atau dukun dari jarak jauh. Anda tidak perlu khawatir karena Pusaka Dunia membuka layanan jasa spiritual yang ampuh dan terpercaya. Alamat Pusaka Dunia Palembang Masyarakat Palembang… selengkapnya Kisah Islamnya Syeikh Yusuf Estes 6 Desember 2016Kisah Islamnya Syeikh Yusuf Estes Dr. Yusuf Estes lahir tahun 1944 di Ohio, AS. Tahun 1962 hingga 1990 ia bekerja sebagai musisi di gereja, penginjil sekaligus mengelola bisnis alat musik piano dan organ. Awal 1991 ia terlibat bisnis dengan seorang pengusaha Muslim asal Mesir bernama Muhammad Abd Rahim. Awalnya ia bermaksud meng-Kristenkan pria Mesir itu…. selengkapnya Ja’far bin Abi Thalib 4 Desember 2016Ja’far bin Abi Thalib Ia seorang yang gagah, tampan, berwibawa. Warna kulitnya yang cerah bercahaya, kelemah-lembutannya yang sopan santun, kebaikannya yang rendah hati dan kasih sayang, serta kebersihan hidup dan kesucian jiwanya, semua itu memperlihatkan kepada kita betapa miripnya jasmani dan perangainya dengan Rasulullah saw. Pada dirinya juga bertemau pokok kebaikan dan keutamaan. Ia diberi… selengkapnya
DeskripsiAsalUsul Syekh Magelung Sakti dan Nyimas Gandasari ( Cirebon )Napak Tilas Sejarah Syekh Magelung Sakti dan Nyimas Gandasri ( Cirebon ) Syekh Magelu
Cirebon - Kota dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memiliki sejumlah situs keramat. Ada yang berupa sumur, tanah, benda pusaka dan lainnya. Beberapa di antaranya diyakini bisa membantu menyembuhkan mengunjungi sejumlah tempat keramat yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Terlepas dari sekadar mitos atau fakta, situs keramat ini selalu ramai dikunjungi Tanah Keramat Desa Lemahtamba Desa Lemahtamba, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sejarah Desa Lemahtamba menjadi bagian syiar Islam di Kabupaten Cirebon, yang dilakukan Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon, putra dari Prabu lemah memiliki arti tanah. Sedangkan kata tamba bermakna mengobati. Tanah di Desa Lemahtamba, tepatnya di situs keramat Pangeran Surya Negara diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Kondisinya tertutup. Pengunjung atau masyarakat yang ingin mengambil tanah di sumur itu harus didampingi juru sumur, ada juga Balong Buyut Ribut, yang airnya juga dipercaya memiliki khasiat dapat menyembuhkan penyakit. Kepala Desa Lemahtamba Kusnan Agutian mengatakan situs keramat itu sudah ada sejak dulu. "Lemah itu kalau dalam bahasa Indonesia tanah, sedangkan tamba artinya obat. Jadi, Lemah Tamba ini tanah yang bisa mengobati. Dulunya memiliki nama Padepokan Ci Kujang pada zaman dulu, sekitar tahun 1443 masehi," kata Kusnan saat berbincang dengan detikJabar beberapa waktu menceritakan, situs keramat Pangeran Surya Negara muncul setelah peristiwa ditancapkan pusaka kujang milik Prabu Siliwangi. Tanah yang terkena pusaka itu mengeluarkan air. Hingga kini, tanah dan air itu diyakini bisa menyembuhkan itu berada di wilayah Padepokan Ci Kujang, tempat pengobatan yang dikelola Syekh Magelung Sakti, murid dari Mbah Kuwu Cirebon."Ceritanya Syekh Magelung Sakti terkena sabetan selendang milik Nyi Mas Ganda Sari saat menonton sayembara. Kemudian mengalami kelumpuhan. Ternyata kelumpuhan itu sembuh saat dibawa ke padepokan Ci Kujang," kata Kusnan yang juga menjabat sebagai juru sebelumnya Desa Lemahtamba bernama Cikujang. Karena banyaknya masyarakat yang datang ke tanah keramat itu, kemudian lambat laun berubah nama menjadi Lemahtamba."Secara medis tanah dan air di Lemah Tamba ini tidak mengandung apa-apa. Karena beratus-ratus tahun didoakan dan dibacakan ayat-ayat Al-Quran, kami memercayai dan besar kemungkinan kualitas air di sini menjadi lebih baik daripada air lainnya. Sehingga bisa dijadikan obat," kata Kusnan."Sampai sekarang Lemahtamba menjadi tempat ziarah dan pengobatan. Tentunya melalui izin Allah, utamanya keyakinan diri kita sendiri. Kalau yakin, semuanya bisa sembuh," kata Kusnan pemakaman Nyi Ratu Mas Gandasari. Foto Sudirman Wamad/detikJabar2. Kompleks Pemakaman Nyi Ratu Mas GandasariKompeks pemakaman Nyi Ratu Mas Gandasari berlokasi di Desa Panguragan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kompleks pemakaman ini dulunya dijadikan sebagai Padepokan Mangkuragan. Padepokan yang dipimpin Nyi Ratu Mas tersebut meninggalkan sejumlah situs bersejarah, seperti lumbung padi, sumur dan lainnya. Nah, sumur-sumur yang berada di kompleks tersebut diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Sumur yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit yakni Sumur Dalem dan Sumur Kejayaan."Sumur-sumur itu memiliki khasiat masing-masing, intinya untuk pengobatan. Tapi, utamanya kita harus yakin dengan Allah, air sumur hanya medianya," kata penjaga kompleks Nyi Ratu Mas Gandasari, Wanda saat berbincang dengan menceritakan sosok Nyi Ratu Mas Gandasari. Perempuan asal Aceh. Pada abad ke-14 Nyi Ratu Mas Gandasari diadopsi Mbah Kuwu Cirebon, saat itu usia Nyi Ratu Mas Gandasari masih anak-anak."Nyi Ratu mengikuti jejak Mbah Kuwu Sangkan menyebarkan agam Islam," kata Rayu berparas cantik. Banyak yang jatuh hati kepadanya. Singkat cerita, menurut Wanda, Nyi Ratu sempat membuat sayembara di Padepokan Mangkuragan."Yang berhasil menang dalam sayembara itu akan menjadi suami Nyi Ratu. Singkatnya, yang menang dalam sayembara itu Syekh Magelung Sakti. Padahal, Syekh Magelung itu awalnya hanya menonton, ingin mencari Mbah Kuwu Cirebon," kata Wanda, Nyi Ratu memiliki selendang sakti bernama Juwana. Selendang tersebut digunakan Nyi Ratu saat melawan musuhnya. "Katanya bisa melumpuhkan lawannya. Selendangnya sakti sekali, waktu sayembara juga menggunakan selendang," kata Ketandan. Foto Sudirman Wamad/detikJabar3. Sumur Keramat KetandanSelain Desa Lemahtamba, ada juga sumur keramat yang berlokasi di sekitar Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat, diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Situs ini bernama Sumur Ketandan lokasinya berada persis di bawah pohon beringin tua. Selain menyembuhkan penyakit, khasiat air sumur ini diyakini bisa menghalau sihir kunci Sumur Ketandan Raden Syarifudin mengatakan, situs keramat ini merupakan peninggalan dari Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon. Sumur Katandan selalu ramai dikunjungi peziarah."Banyak yang ziarah ke sini. Ada yang mandi atau membawa pulang airnya. Ikhtiarnya itu bisa menyembuhkan penyakit, ada juga yang berikhtiar untuk menghilangkan santet. Ya, alhamdulillah sembuh," kata Syarifudin beberapa waktu mengatakan air hanya sebatas sebagai media pengobatan. Utamanya, lanjut Syarifudin, peziarah tetap berdoa pada Allah."Jangan sampai berlebihan. Jangan mintanya ke situsnya, tapi minta lah doa kepada Allah," kata Pangeran Cakrabuana merupakan salah seorang nelayan yang pandai membuat terasi. Beranjak dari kisah tersebut, lanjut dia, tak sedikit nelayan yang memandikan perahunya menggunakan air sumur tersebut."Intinya air sumur ini medianya. Karena yang namanya situs itu syariat, ziarah itu ikhtiarnya. Kepentingannya ya masing-masing. Tapi, doa tetap kepada sang pencipta," menambahkan Sumur Ketandan memiliki makna sebagaia tanda. "Ketandan itu artinya tanda. Dulu itu, tempatnya orang tua itu ada cirinya ada sumurnya. Jadi ini tanda lokasi tempat leluhur dulu," kata Syarifudin. Simak Video "Dinkes Tasik Telusuri Pasien Diduga Meninggal Gegara Ditolak Puskesmas" [GambasVideo 20detik] sud/orb VWii.